gravatar

HARUS BAWA SAMPAH KE SEKOLAH

Ketika sebagian orang di perkotaan kebingungan untuk membuang sampah rumah tangga, di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Kota Ciamis justru sebaliknya, mereka kebingungan untuk mendapatkan sampah. Tidak heran, setiap hari Jumat, sebanyak 675 siswa dan para guru yang mengajar di sekolah itu, harus membawa sampah dari rumah ke sekolah.

Sampah rumah tangga yang dibawa ke sekolah yaitu sampah organik seperti bekas sisa potongan sayuran, sisa makanan, dan lainnya. Di sekolah itu, sampah tersebut ditampung untuk dijadikan kompos. Rata-rata setiap kali membikin kompos butuh 1,4 ton sampah untuk kurun waktu empat puluh hari.

"Selanjutnya, kompos yang dihasilkan dari sekolah digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di lingkungan sekolah dan sisanya dijual ke luar. Lebih dari tiga ribu tanaman yang ada di sekolah ini. Mulai tanaman obat-obatan, tanaman hias, dan lainnya. Semuanya kami jaga dengan baik," kata Agus Sumantri, Kepala SMPN 2 Kota Ciamis, Sabtu (4/7).

Berkat program itu, sekolah menjadi hijau, mulai dari bagian depan yang memiliki 4 taman, lalu di bagian dalam sekolah lebih dari 6 taman yang ditata dengan baik. Taman-taman itu dibuat hijau dengan aneka tanaman hias dan tanaman lainnya. Dengan program tersebut, lahan kosong seluas kurang lebih 2.500 meter persegi, terisi oleh berbagai jenis tanaman.

Selain itu, di depan ruangan kelas yang tidak ada tamannya, dibuat taman pot yang berisi tanaman hias. Taman hias itu adalah hasil pembibitan yang dilakukan oleh sekolah. Semuanya mereka pelihara, termasuk dipupuk secara rutin dengan memanfaatkan kompos bikinan sekolah. Ada juga puluhan tanaman bonsai yang dipadukan dengan tanaman hias yang berada di samping kanan atau dekat ruang perpustakaan.

Sekolah hijau tersebut dirintis delapan tahun yang lalu. Pada awalnya ada yang membawa tanaman hias dari rumahnya atau sumbangan pribadi dari alumni, ada juga yang dibeli dari luar. Sekarang ini, untuk persediaan tanaman sudah ada tempat khusus pembibitan yang berada di belakang sekolah. Ada juga kolam ikan kecil yang diisi ikan emas lokal yang menambah indah sekolah.

Pada 2006, SMPN 2 Kota Ciamis resmi ditetapkan untuk mengikuti seleksi Adiwiyata, penghargaan lingkungan secara nasional untuk sekolah. Pada 2007, SMPN 2 Kota Ciamis akhirnya meraih Adiwiyata Madya atau piala perunggu. Tahun berikutnya, SMPN 2 Kota Ciamis juga mendapatkan penghargaan Adiwiyata Utama atau piala perak, naik satu peringkat.

"Pada 5 Juni 2009, sekolah ini kembali mendapatkan Adiwiyata untuk kategori Mandiri atau piala emas dari presiden. Bangga bisa tiga kali menerima penghargaan, bahkan sampai kategori emas," kata Agus didampingi tim yang menangani lingkungan hijau di sekolahnya yaitu Elan Suherlan dan Endang Cece.

Sekarang ada empat sekolah yang dibantu oleh SMPN 2 Kota Ciamis, yang mengembangkan sekolah peduli lingkungan, di antaranya SDN 2 Cigayam yang meraih juara pertama di Jabar, untuk kategori SD yang hijau. Studi banding ke SMPN 2 juga terus berdatangan. "Tekad kami ingin terus menularkan soal lingkungan ini," ujar Elan menambahkan.
gravatar

Waduh..salut deh buat siswa/i di sekolah ini. Kalau mereka benar-benar dengan sukarela membawa sisa-sisa makanan (pasti sebagian besar sudah basi) setiap pagi ke sekolahnya. Layak buat dijadikan sekolah contoh..

Masalahnya, kecil kemungkinan kebiasaan positif ini bisa dipraktekkan di semua sekolah, kayaknya. Apalagi sekolah-sekolah dengan siswa/i yang berasal dari kalangan berada. Yang datang ke sekolah dengan pakaian mahal dan wangi parfum..

Salam
^_^